Upacara Adat Bali | Foto : Ubidate |
Masyarakat Bali sebagian besar beragama Hindu dan sebagian besar menganut aliran Hindu Siwa-Buddha, sehingga sebagian besar upacara adat di Bali bernuansa Hindu juga. Nah, pada kesempatan kali ini kami akan memberikan informasi mengenai beberapa Upacara Adat Bali yang wajib Anda ketahui.
Berbagai Macam Upacara Adat Bali
Upacara Adat Ngaben
Salah satu upacara adat di Bali yang terkenal sejak dahulu yaitu Upacara Ngaben. Upacara Ngaben merupakan upacara pembakaran jenazah dan termasuk dalam upacara Pitra Yadnya (yang dipertunjukkan kepada Leluhur). Tujuan upacara ngaben adalah membakar jenazah beserta lambang-lambangnya lalu membuang abunya ke sungai atau laut, artinya melepaskan Atma (roh) dari belenggu keduniawian agar mudah menyatu dengan Tuhan.
Secara umum upacara Ngaben yang berkaitan dengan jenazah dibedakan menjadi 3, yaitu Ngaben Sawa Wedana, Asti Wedana dan swasta. Sawa Wedana merupakan upacara ngaben yang melibatkan jenazah tanpa dikuburkan terlebih dahulu. Biasanya upacara ini dilakukan dalam jangka waktu 3-7 hari hingga 1 bulan terhitung sejak orang tersebut meninggal.
Untuk menjamin agar jenazah tetap awet sebelum upacara dilakukan ramuan tertentu untuk memperlambat pembusukan jenazah. Sebelum dilakukan upacara ngaben, pihak keluarga almarhum masih memperlakukan jenazah layaknya orang hidup dengan membawakan kopi, berganti pakaian karena jenazah masih dianggap baru tertidur menjelang upacara papegatan (rangkaian upacara ngaben).
Selanjutnya Upacara Asti Wedana. Asti Wedana merupakan salah satu upacara ngaben yang jenazahnya sudah selesai dikuburkan. Upacara ini diiringi dengan upacara ngagah, yaitu upacara penggalian kembali makam orang yang bersangkutan kemudian dilakukan upacara penggalangan sisa tulang belulangnya.
Jenis upacara yang terakhir adalah Upacara Ngaben swasta. Hal ini dilakukan karena beberapa hal, contohnya yaitu meninggal di luar negeri, jenazah tidak ditemukan, dan lain sebagainya. Dalam upacara ini jenazah biasanya dilambangkan dengan kayu cendana yang dilukis dan diisi dengan tokoh-tokoh magis sebagai benda kasarnya. tubuh atma orang tersebut.
Upacara Adat Melasti
Upacara adat besar di Bali selanjutnya adalah Upacara Melasti. Melasti merupakan upacara penyucian diri menyambut hari raya Nyepi yang dilakukan oleh seluruh umat Hindu di Bali. Upacara Melasti sering diadakan di pinggir Pantai Melasti di selatan Pulau Bali dengan tujuan untuk menyucikan diri dari segala perbuatan buruk di masa lalu dan membuangnya ke laut.
Selain membersihkan dan menyucikan diri, benda-benda suci milik pura juga dibersihkan pada saat upacara Melasti. Benda-benda tersebut diarak dan dibawa berkeliling desa dengan tujuan untuk membersihkan dan mensucikan desa.
Pada upacara Melasti, umat Hindu di Bali dibentuk menjadi beberapa kelompok berdasarkan daerahnya masing-masing, mengenakan pakaian berwarna putih dan pergi bersama ke sumber air seperti pantai dan danau. Kemudian petugas berkeliling dan memercikkan air suci kepada seluruh masyarakat yang datang serta jamaah serta menyebarkan asap dupa sebagai bentuk penyucian.
Upacara Saraswati
Upacara adat selanjutnya adalah Upacara Saraswati yang dilaksanakan setiap 210 hari sekali menurut penanggalan Bali pada hari Sabtu Umanis Watugunung. Dalam upacara adat Saraswati ini, Dewi Saraswati dipuja sebagai Dewi Ilmu Pengetahuan dan Seni yang dipercaya membawa ilmu pengetahuan ke bumi dan menjadikan semua orang di dunia pintar dan terpelajar.
Dalam upacara Saraswati biasanya para warga mendoakan kitab suci sebagai ilmu pengetahuan. Selain itu, Anda juga bisa menyaksikan pertunjukan seni seperti menari, pembacaan cerita, bahkan malam sastra sepanjang malam.
Omed-Omedan
Upacara Omed-Omedan merupakan upacara perayaan yang dilakukan oleh generasi muda berusia 17 hingga 30 tahun yang belum menikah setelah hari raya Nyepi untuk menyambut Tahun Baru Saka. Omed-omedan sendiri artinya tarik tambang. Remaja yang terdiri dari 40 laki-laki dan 60 perempuan akan tarik tambang menggunakan tangan kosong antara laki-laki dan perempuan dan disiram air.
Prosesi omed-omedan diawali dengan doa bersama untuk memohon keselamatan. Usai berdoa, peserta dibagi menjadi dua kelompok, laki-laki dan perempuan. Kedua kelompok harus mengambil posisi saling berhadapan. Dua kelompok, setelah seorang tetua memberi isyarat, saling berhadapan dan saling tarik menarik.
Upacara ini dilakukan oleh para pemuda Banjar Kaja, Sesetan, Denpasar Selatan, Denpasar yang dilaksanakan setiap tahunnya dan dilaksanakan hingga pukul 17.00 waktu setempat. Jika Anda tertarik untuk menyaksikan upacara ini, Anda bisa memesan hotel di sekitar Denpasar agar akses menuju lokasi upacara lebih mudah dan dekat.
Upacara Otonan
Upacara Otonan merupakan upacara perayaan ulang tahun anak di Bali. Upacara Otonan ini diadakan setiap 6 bulan sekali. Upacara otonan biasanya diadakan ketika masyarakat melaksanakan ritual potong rambut.
Upacara Otonan bagi masyarakat Bali bertujuan untuk menebus kesalahan dan perbuatan buruk yang telah dilakukan sebelumnya agar kehidupan saat ini mencapai kehidupan yang lebih sempurna. Upacara Otonan dipimpin oleh seorang pendeta, bupati, atau sesepuh dalam keluarga sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada Hyang Widhi atas nikmat dan rahmat yang telah diberikan-Nya.
Mesuryak
Upacara adat Bali selanjutnya adalah Upacara Mesuryak. Upacara Mesuryak dilaksanakan bertepatan dengan Hari Raya Kuningan (10 hari setelah Galungan) setiap 6 bulan sekali. Upacara Mesuryak bertujuan untuk memberikan bekal berupa beras dan uang kepada leluhur yang akan kembali ke akhirat. Masyarakat Bali percaya bahwa nenek moyang mereka turun pada hari raya Galungan dan kembali ke Nirwana pada hari raya Kuningan.
Uang dan beras akan dilempar ke udara lalu diperebutkan warga. Upacara ini dilaksanakan pada pukul 09.00 hingga 12.00 dan hanya bisa disaksikan di Desa Bongan, Kabupaten Tabanan, Bali.
Demikian ulasan tentang Yuk Kenali Berbagai Macam Upacara Adat Bali Yang Wajib Dipelajari seperti yang dilansir alexistogel. Semoga bermanfaat.